• Jelajahi

    Copyright © ELIT TV
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Habis Nepal Terbitlah Perancis dan Pelajaran bagi Negara Indonesia

    Admin
    14/09/2025, 01:07 WIB Last Updated 2025-09-13T18:07:07Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini

     

    Www.ElitTV.id

    UNGKAPAN “Habis Nepal Terbitlah Perancis” belakangan muncul di media sosial Indonesia untuk menggambarkan rentetan kerusuhan besar di dua negara berbeda. Ungkapan ini jelas diadaptasi dari judul buku legendaris R.A. Kartini Habis Gelap Terbitlah Terang, tetapi dipelintir menjadi semacam satire politik.


    Sekilas, analogi itu memang terasa pas. Nepal dan Perancis sama-sama diguncang gelombang kemarahan rakyat terhadap penguasa. Di Nepal, generasi muda turun ke jalan karena merasa kebebasan mereka dibungkam dan masa depan dicurangi oleh praktik korupsi serta nepotisme.


    Di Perancis, ribuan orang memenuhi jalanan Paris dan kota-kota lain dalam aksi nasional “Bloquons tout” atau “Block Everything”, menolak kebijakan penghematan yang dianggap membebani rakyat kecil. Namun jika ditelaah lebih dalam, jelas terlihat perbedaan fundamental antara keduanya.


    Kerusuhan di Nepal dipicu larangan penggunaan media sosial, yang oleh publik dianggap membungkam kebebasan berekspresi. Ditambah lagi, maraknya kasus korupsi dan nepotisme membuat generasi muda, terutama Gen Z, kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah.


    Mereka tidak sekadar menuntut perbaikan ekonomi, tetapi juga menginginkan reformasi politik yang lebih mendasar. Tindakan represif aparat justru memperburuk keadaan, menjadikan jalanan Kathmandu dan kota-kota lain medan bentrokan berkepanjangan.


     Sementara di Perancis, gelombang protes 10 September 2025, yang dikenal dengan Bloquons tout berakar dari persoalan ekonomi dan sosial yang sangat spesifik, yaitu rencana anggaran 2026.


     Pemerintahan Perdana Menteri François Bayrou, yang akhirnya tumbang akibat tekanan publik dan parlemen, mengusulkan pemangkasan anggaran 44 miliar euro, penghapusan dua hari libur nasional, pembekuan kenaikan pensiun, dan pemangkasan dana kesehatan. 


    Di tengah biaya hidup yang kian mencekik, kebijakan ini dipandang sebagai bentuk arogansi kekuasaan yang tidak memahami penderitaan rakyat.


     Dari sini tampak jelas bahwa perlawanan di Perancis bukanlah tuntutan revolusi total seperti di Nepal. Bloquons tout lebih merupakan gerakan penolakan kebijakan domestik, walau tuntutan “Macron mundur” bergema keras. 


    Seruan itu bersifat simbolis sekaligus konkret. Simbolik sebagai bentuk penolakan terhadap ketidakpekaan elite politik, konkret sebagai desakan agar presiden bertanggung jawab atas kebijakan yang dinilai menambah beban rakyat. 


    Maka, mengaitkan peristiwa Nepal dan Perancis dalam satu ungkapan “Habis Nepal Terbitlah Prancis” sebenarnya terlalu menyederhanakan realitas.


    Topik Terkait


    demo perancis


    demo Nepal



    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    "); ?&max-results=10'>+
    ?orderby=published&alt=json-in-script&callback=labelthumbs\"><\/script>");